Royal Golden Eagle (RGE) yang didirikan oleh Sukanto Tanoto memiliki anak perusahaan Asian Agri yang bergerak di industri kelapa sawit. Mereka menyatakan sudah berkomitmen penuh dalam program peremajaan kelapa sawit yang dijalankan pemerintah.
Saat ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian tengah menggulirkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Ini adalah upaya dari pemerintah agar petani mau mengganti pohon kelapa sawit di perkebunannya yang sudah berusia 20 tahun ke atas.
Proses itu sering dinamai sebagai replanting. Hal itu amat krusial bagi perkebunan kelapa sawit. Sebab, produktivitas kelapa sawit akan akan menurun begitu telah mencapai usia 20 tahun.
Pemerintah berencana akan menjalankan program PSR pada semester kedua tahun 2018. Mereka membutuhkan dukungan banyak pihak. Secara khusus, Kementerian Pertanian berharap para produsen bibit kelapa sawit mau berpartisipasi menyukseskannya.
Direktur Perbenihan Perkebunan Kementerian Pertanian, Muhammad Anas, menyatakan pihaknya membutuhkan benih kelapa sawit yang besar. Ditjen Perkebunan mengkalkulasi kebutuhan benih kelapa sawit sekitar 27,75 juta kecambah. Angka itu muncul dari asumsi rata-rata satu hektare lahan sawit terdapat 150 pohon sawit.
Oleh karena itu, pada April 2018 lalu, Kementerian Pertanian mengumpulkan 17 produsen bibit kelapa sawit. Asian Agri turut hadir di sana. Perusahaan Sukanto Tanoto ini diharapkan mau mendukung program PSR yang hendak digulirkan.
“Industri benih sepakat mendukung program ini. Sebab, penggunaan benih bersertifikat akan mendukung produktivitas sawit rakyat lebih tinggi,” ujar Muhammad di Sawit Indonesia.
Asian Agri sejatinya merupakan produsen kelapa sawit terkemuka di Indonesia. Sukanto Tanoto mendirikannya pada 1979. Mereka pun membangun perkebunan sendiri yang pertama pada 1983 di kawasan Gunung Melayu.
Kini Asian Agri mampu menembus kapasitas produksi minyak kelapa sawit satu juta ton per tahun. Hal itu bisa digapai berkat kemampuan mengelola perkebunan seluas 160 ribu hektare yang menjadi sumber bahan.
Namun, sesuai arahan Sukanto Tanoto agar bisa memberi manfaat kepada masyarakat dan negara, Asian Agri menjalin kemitraan dengan petani. Dari total perkebunan yang dimilikinya, lahan seluas 60 ribu diserahkan kepada petani dengan sistem plasma inti. Kerja sama itu telah membuat mereka bermitra dengan sekitar 30 ribu petani.
Akan tetapi, kemitraan yang dijalankan tidak hanya dalam konsep plasma inti. Asian Agri juga menjalin kerja sama dengan para petani swadaya. Tahun 2018 ini, mereka menargetkan program itu bisa mencakup lahan perkebunan seluas 40 ribu hektare.
Selain memproduksi minyak kelapa sawit, Asian Agri juga menghasilkan bibit kelapa sawit. Mereka menamainya sebagai Topaz. Benih ini merupakan hasil riset yang sudah dijalankan oleh perusahaan Sukanto Tanoto itu sejak 1996 melalui Asian Agri Oil Palm Research Station (OPRS). Berbasis di kawasan Topaz, mereka akhirnya menghasilkan bibit unggul kelapa sawit yang dinamai sesuai nama daerahnya. Saat ini, OPRS tercatat telah merilis empat varietas yakni Topaz 1, Topaz 2, Topaz 3, dan Topaz 4.
Asian Agri tidak membatasi penggunaan Topaz untuk internal perusahaan sendiri. Mereka juga menjualnya kepada publik. Hingga saat ini, perusahaan telah ada lebih dari 130 juta benih unggul Topaz yang dikirim ke perkebunan besar, petani plasma dan petani swadaya di seluruh Indonesia dan luar negeri.
Dengan pencapaian seperti itu tak heran Kementerian Pertanian merasa perlu menggandeng Asian Agri demi menyukseskan program PRS. Ketika diminta seperti itu, Asian Agri segera menyambutnya dengan baik.
SIAPKAN BIBIT TOPAZ
Asian Agri siap mendukung pengadaan bibit untuk menyukseskan program replanting kelapa sawit yang digagas pemerintah tersebut. Mereka menyiapkan pasokan benih Topaz setidaknya sebanyak 237 ribu kecambah untuk PSR.
Hal ini bukan hal sulit bagi Asian Agri. Perusahaan Sukanto Tanoto itu biasanya mampu menghasilkan benih unggul Topaz sebanyak 25 juta per tahun.
Mereka malah bersemangat sekali untuk mendukung program PSR. Sebab, Asian Agri tahu persis bahwa bibit merupakan hal vital dalam perkebunan kelapa sawit. Oleh sebab itu, sudah sejak lama mereka menggalakkan penggunaan bibit kelapa sawit berkualitas seperti Topaz kepada khalayak.
“Asian Agri mempunyai komitmen menghasilkan benih unggul dan berkualitas untuk mendukung program replanting. Sebab, keberhasilan tanaman sekitar 50% dipengaruhi oleh sumber benih,” kata Corporate Affair Director Asian Agri, Fadhil Hasan, di Sawit Indonesia.
Secara khusus, Fadhil menyoroti bahwa banyak perkebunan kelapa sawit rakyat yang tidak ditanami dengan bibit unggul. Petani malah sering menanam benih kelapa sawit yang tidak bersertifikat. Hal itu jelas akan sangat merugikan karena produktivitas perkebunan kelapa sawit tidak akan maksimal.
Asian Agri memandang program peremajaan bisa menjadi solusi masalah penggunaan bibit kelapa sawit yang tidak berkualitas. “Itu sebabnya, perlu ada kerja sama antara pemerintah, produsen, dan pekebun untuk menjalankan peremajaan ini,” kata Fadhil.
Secara khusus, Asian Agri siap mendukung program peremajaan kelapa sawit di tiga provinsi, yakni Riau, Jambi, dan Sumatra Utara. Mereka sudah menyiapkan bibit yang diperlukan.
“Kami ingin program peremajaan dapat berjalan baik dan berhasil di lapangan. Topaz punya tiga jenis varietas unggul untuk mendukung replanting,” kata Head OPRS Asian Agri, Ang Boon Beng, di Sawit Indonesia.
Benih Topaz memang memiliki sejumlah keunggulan khusus. Karena dikembangkan dari pengalaman panjang dan berbagai jenis varietas unggul, Topaz mempunyai ketahanan spesial. Mereka bisa dikembangkan di berbagai kondisi tanah berbeda. Bahkan, Topaz dikenal mampu tumbuh subur saat ditanam di lahan marginal sekalipun.
Selain itu, hal yang utama adalah produktivitasnya. Benih Topaz diketahui sanggup menghasilkan buah kelapa sawit dalam jumlah besar. Belum lagi tingkat rendemen minyaknya terbilang tinggi. Ini tentu akan meningkatkan penghasilan para petani.
Bukan hanya itu, bibit Topaz juga memudahkan para petani dalam proses pemanenan. Benih ini membuat pertumbuhan tinggi kelapa sawit tidak terlalu cepat. Akibatnya petani lebih gampang dalam memanen kelapa sawit.
Asian Agri berharap banyak petani kelapa sawit yang terbantu berkat penggunaan bibit unggul Topaz. Ini memang sejalan dengan misi Asian Agri. Sebagai bagian dari RGE, mereka diwajibkan oleh pendirinya, Sukanto Tanoto, untuk bisa menghadirkan manfaat kepada pihak lain.
Hal itu tertuang dalam filosofi bisnis perusahaan yang dikenal sebagai prinsip kerja 5C. Sukanto Tanoto merumuskan bahwa semua pihak di bawah payung RGE harus bermanfaat bagi pelanggan, masyarakat, negara, iklim, sehingga akan bermanfaat bagi internal perusahaan.
Sukanto Tanoto menilai hal itu amat vital bagi kelangsungan perusahaan. Jika tidak memberi manfaat kepada pihak lain, ia yakin sebuah perusahaan tidak akan mampu bertahan lama.
Asian Agri wajib menjalankan arahan kerja yang dicanangkan oleh Sukanto Tanoto. Mereka sudah melakukannya dengan berbagai cara. Langkah untuk mendukung program peremajaan kelapa sawit ini hanya menjadi salah satu yang mereka lakukan.